Selasa, 23 Oktober 2012

UNTITLED


Ping, Handphone egi berbunyi “ Gi kamu ikut camping yg ke hutan itu yah? “ pesan singkat dari vert.

“ iya ikut kok, kamu ikut juga? haha “ Kebetulan lagi yang sangat aneh mereka berdua ikut acara pecinta alam dari kampus, menginap semalam di hutan kecil dekat kampus mereka.

“ wei gi lo jadi ikut yang ke hutan itu kan gi? Bukain pintu dulu sebentar please “ ragil berteriak di depan pintu kamar egi. Ragil adalah tetangga kamar egi di asrama, rambutnya bergelombang kulitnya coklat tingginya kira – kira sebahu egi.

“ apa? iya ikut gue mau packing dulu gil sebentar yah “ Semua bahan logistic dia masukkan satu persatu ke dalam tas besar yang dia pinjam ke kakak tingkatnya, Hutan rindang yang penuh dengan tantangan menunggu egi dan ragil datang. Mereka berdua siap berkemah di hutan, tiidur beralaskan matras di atas rumput hijau.

“ egiiiiiiii, aku kira kamu gak ikut ginian juga hehe “ teriak vert di tempat start awal keberangkatan mereka.

“ lah kamu yang aku kira gak ikut kita, kamu kan anak bunda hehe.. “ membalas sahutan vert dan sedikit meledek dia.

“ yeh kamu tuh anak mama “ menekuk mukanya vert berjalan mendekati egi.

Pemandangan sore di sela – sela perjalanan menjadi penawar dari rasa pegal karena menopang tas besar yang ada di pundak. egi, ragil, dan vert berjalan di jalan setapak yang hanya cukup untuk satu orang, hati – hati mereka melangkahkan kakinya di jalan tanah yang tidak rata banyak lubang bersembunyi di balik dedaunan mati yang gugur dari pohon -  pohon besar di pinggir jalan setapak itu.
 
“ Perbedaan itu memang menarik jika kita ingin lebih dekat dengan seseorang, bisa menyatukan perbedaan – perbedaan yang ada untuk dijadikan suatu kesamaan lebih membantu kita untuk dekat dengan seseorang, tetapi lebih baik lagi jika tidak ada perbedaan di antara kedua orang itu, hanya kesamaan yang ada yang bisa lebih cepat membuat dua orang yang awalnya tidak mengenal satu sama lain menjadi lebih dekat mengenal lebih jauh orang itu. Jauh, lebih jauh, semakin jauh sampai berkamuflase melupakan sejenak kita itu siapa dan berganti menjadi orang yang kita kenal lebih jauh “ menulis di buku kecilnya. Aroma Bau daun kering, embun air yang menetes dari ujung daun, bunga yang mekar, ilalang yang tertiup angin, egi meresapi semua anugerah yang diberikan tuhan dengan alam yang sangat mempesona, tidak ada kuasa selain dia yang bisa membuat semua komponen – komponen alam itu dirangkai menjadi pemandangan yang indah.

Hamparan rumput yang luas menyambut mereka dan yang lainnya, Tenda pun didirikan, tenda yang tegar dibangun untuk melindungi mereka dari binatang dan juga tempat untuk mereka beristirahat, tenda biru itu ditopang dengan 6 pasak dan 2 tiang yang di tanam ke dalam tanah dan dihubungkan dengan tali, parit juga dibuat di samping luar tenda agar tenda biru itu tidak ada air yang masuk ke dalam.

Malam hari mereka bertiga berbaring di rumput memandang bintang yang bertebaran di langit, bagai kanvas yang diberi warna dasar hitam dan diisi bintik putih yang bersinar cerah, bintang yang berserakan di langit mempunyai pola membentuk sebuah rasi, rasi yang paling indah di antar rasi – rasi lain. Vert, ragil, dan egi mereka merebahkan tubuhnya sejenak di atas rumput ditemani binatang kecil yang tinggal di dalam rerumputan. Egi membayangkan tangannya ada di atas tangan vert, memegang lembut jemarinya, memasukan jemari – jemari egi ke sela – sela jemari vert. Tapi sekali lagi semua itu hanya khayalan.

“ kita disini semua single yah? Iya kan? “ suara ragil memecahkan keheningan malam itu.

“ iyah gua sih single, vert juga iya kan? Lo gimana single gak? “ egi menjawab pertanyaan ragil sambil terus menatap langit.

“ yeh tenang aja gue single kok. Kalo lo mau sama gua yaudah daftar aja haha “ candaan ragil mengisi kesenjaan di malam itu.

“ Aku dulu pernah suka sama seseorang, tapi sekarang orang itu udah tenang di alam sana “ Vert tiba – tiba berbicara lalu semua diam, egi bangun dari tidurnya dia tidak meyangka sebelumnya ternyata vert dulu pernah suka seseorang, walaupun itu bukan dia orang yang vert suka.

Vert dulu pernah suka dengan seseorang, orang itu sangat pandai bermain piano, vert suka ketika jemari - jemari lincah bermain memainkan nada – nada indah yang menghanyutkan segelintir perasaan di dalam hati vert, berbaring di atas awan putih yang sejuk ditemani alunan nada – nada dari jiwa sang pemain piano, semakin lama dia bertemu dengan orang itu semakin mengendap juga rasa di dadanya. Karena dia juga sekarang vert menyukai seseorang yang ahli dalam bermain piano.


“ aku gaktau kalau dia suka juga sama aku, dia bilang dia suka sama aku tiga hari sebelum dia meninggal tapi terlambat, aku nyesel gak sadar kalau dia juga suka sama aku “ mata vert berkaca – kaca menceritakan pengalaman hidupnya, Jantung egi seakan berdetak, berdebar kencang berontak ingin segera keluar dari dadanya. Bintang – bintang di langit yang terang malam itu semua melihat ke arah egi, bertanya apakah dia bisa lebih dari orang itu, bisa bermain piano, bisa berani bilang kalau dia suka saat - saat terakhir sebelum dia pergi jauh dari vert dan tidak pernah bertemu lagi sampai nanti mereka bertemu di alam yang kekal sana. Egi bisu tidak bisa mengeluarkan satu kata pun menjawab pertanyaan itu. Mungkin sampai mereka tidak lagi bertemu vert belum tau perasaan yang egi simpan sejak awal bertemu dia, menjadi usang melapuk di dalam hati egi.

Satu bulan terakhir sebelum dia meninggal adalah waktu vert dan orang itu terakhir bertemu. satu minggu, dua minggu semua berjalan dengan biasa, sampai minggu ketiga dia jatuh koma, minggu keempat dia masih koma. Hari keempat sebelum dia meninggal dia bangun dari komanya. “ Terus hari ketiga sebelum dia meninggal dia telpon aku, bilang kalo dia suka aku “ Lalu vert menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hati egi seperti dihujam pasak yang besar tepat di tengah menghujam keras melebamkan lapisan permukan hati egi. Egi membalikan badannya ke arah lain, perang batin di dalam dirinya seketika berlangsung setelah mendengar cerita vert. Apakah vert akan melupakan orang itu? Tidak mungkin. Apakah dia bisa seperti orang itu? membuat vert kagum tidak melupakannya bahkan sudah lebih dari 2 tahun.  Kemungkinan egi dekat dengan vert semakin kecil karena ada sosok yang tidak bisa vert lupakan, dan egi, egi sangat jauh bila dibandingkan dengan sosok itu. Semua sisi di dalam diri egi mengeluarkan semua pendapatnya, egi memejamkan matanya mengacuhkan semua suara – suara dari dalam dirinya.

Kadang, semua yg kita harapkan itu tidak sesuai dengan yg kita bayangkan, setetes asa saja susah untuk kita realisasikan. Cerita – cerita yang kita buat malah menjebak kita ke dalam cerita yang fana, semua yang nyata kita anggap fana dan yang fana sebaliknya kita anggap menjadi nyata. Seperti terperosok ke dunia fana dimana semua cerita terasa indah dan kita menikmati keindahan itu. Titik yang sudah dekat di depan mata malah menjauh, memang cerita ini tak seindah cerita dongeng pengantar tidur. Egi yang mendengar cerita vert dulu seketika berdecak tertegun diam. Kemungkinan yang sudah dia susun tiba – tiba hancur saat cerita yang indah itu melewati telinganya meresap ke dalam benaknya. Keputus asaan, itu yang dirasakan saat ini, cerita sebagus apapun yang dibuat oleh manusia tidak akan seindah cerita yang dibuat sendiri oleh tuhan, selama apapun manusia itu merangkai kata – kata, serumit apapun alur cerita yang manusia itu buat tidak akan pernah bisa menandingi rangkaian kata dan alur cerita yang dibuat tuhan, sangat detail dan sangat rumit cerita itu, membuat semua pembacanya membayangkan apa yang terjadi di sana.

Egi kembali menatapi bintang, detakan jantungnya perlahan kembali normal, dia sudah kembali lagi di dunia dimana dia harus berada.

Rabu, 17 Oktober 2012



 Bird wishes



              
      
                         




         Waktu itu adalah mata kuliah kewarganegaraan, egi telat masuk kelas beberapa menit, di ruang kuliah sudah ramai penuh dengan teman – temannya yang datang lebih awal semangat untuk mengikuti mata kuliah ini. Egi berjalan ke arah belakang, tetapi sialnya kursi yang ada di belakang sudah cukup penuh, hanya ada 2 kursi kosong di bagian tengah, 4 baris dari baris depan. Egi duduk di ujung kanan barisan itu dekat dengan dinding yang berwarna putih. Ruangan yang sejuk dan tempat duduk yang strategis adalah kondisi yang sangat nyaman untuk sesaat memejamkan mata saat kuliah dimulai.

            Tidak sengaja egi menolehkan kepalanya ke arah kiri dan melihat Vert duduk di Ujung kiri di barisan belakang baris egi. Vert seperti biasa memakai kerudung yang hampir menutupi seluruh pundaknya, tetapi kali ini, kerudung itu berwarna hitam. Egi merasa itu lebih dari kebetulan,  sangat strategis tempat dia untuk menjadi pengagum rahasia vert lagi. Hampir semua materi yang diberikan oleh dosen hanya melewati telinga begitu saja, catatan pun tidak lebih dari sekedar coret – coretan di kertas putih, tidak ada pola hanya mencatat asal. Berbeda dengan vert, dia lebih serius dan lebih menyimak dosen yang ada di depan. 50 menit sangat singkat hari itu, mata kuliah kewarganegaraan selesai dan hanya sedikit ilmu yang egi dapat dari 50 menit waktu yang dia luangkan untuk duduk di ruangan ini. 2 lembar catatan dan 3 soal matematika yang dia kerjakan untuk menjauh dari rasa ngantuk, itu adalah 5 hal yang dia peroleh selama 50 menit.

            Mata kuliah selanjutnya adalah sosiologi, di ruangan yang berbeda tidak jauh dari ruangan sebelumnya. Egi mencari teman kelompok sosiologinya, kursi duduk hari itu di set seperti kita sedang mengadakan rapat, saling berhadapan satu sama lain dengan jarak yang tidak begitu jauh. Dosen pengajar akan berdiri di depan papan memaparkan ilmu – ilmu sosiologi yang dia kuasai selama kurang lebih 5 tahun, Bapak itu s2 dan s3 mengambil sosiologi, padahal s1 nya dulu adalah peternakan, sangat - sangat menyimpang. Namun hari itu dia tidak datang, kebetulan lagi yang menguntungkan Egi, ” Temen – temen hari ini kita gak ada pelajaran sosiologi, jadi diganti minggu depan jam 10.40 – 11.40 “ Salah satu orang di kelas egi mengumumkan hal yang penting dan harus di dengar semua orang yang ada di kelas.

hei gi gimana filmnya sudah sampe mana ? “ Tiba - tiba Vert dari arah sebelah kanan memanggil egi, , Egi melihat ke arah suara vert. Ternyata vert duduk dekat dengan egi hanya beberapa kursi, tetapi egi tidak tau kalau ada vert di dekat dia.

Eh vert baru sampe episode 4, yang ryoma lawan kakak kelasnya di seigaku

Katanya mau liat pas week end aja wuu “ Mereka berdua sepakat kalau egi hanya boleh menonton film itu jika sedang week end atau jika sedang tidak ada tugas.

hehe Tadi pagi itu baru nonton lagi, kan lagi gak ada apa – apa makanya nonton   Egi menjelaskan ke vert sambil mengusapkan tangannya ke rambut belakangnnya sendiri.

haha iya yaudah harus di tonton pokoknya, oke? “ Vert tersenyum ke arah egi.

iya iya “ Egi membalas senyuman vert.

Setelah itu vert keluar dari kelas, entah ingin apa vert pergi egi tidak tau. mata egi mengikuti setiap langkah kaki vert, yah setiap langkah. Sampai langkah itu terhalang sebuah 'barrier' yang kokoh, mata egi tidak dapat mengikuti jejak langkah vert lagi . " mau kemana engkau? baru saja aku merasakan detik detik terhebat di hidupku namun engkau sudah pergi lagi ". 

" aku tidak kemana - mana, aku masih disini, aku masih disini pun engkau  tidak melakukan apa - apa selain diam. diam, diam, dan hanya diam, apakah engkau tidak tau hal yang lain selain diam? ". 

" aku bukan diam, maaf . tapi mulut ini seperti terkunci oleh sesuatu, tertutup rapat enggan untuk membuka. kaulah yang sebenarnya mengunci mulutku ini, kenapa juga engkau yang meminta aku untuk tidak diam, kunci mulutku ini ada dirimu " tiba - tiba suasana menjadi sunyi, egi dan vert mereka berdialog dengan perasaan mereka masing - masing.

Egi, mau makan dulu gak? “ suara Tomy terdengar dari belakang egi. Tomy adalah teman satu lorong egi, dia juga bagian dari suku lorong 2.

yaudah yang deket aja yah makannya “ Entah ada angin apa Tomy mengajak egi makan siang.

gi sini deh, Gue mau cerita sama lo “ Tomy.

Cerita apa ? cerita aja

Rossi orangnya gimana menurut lo? “ matanya menunjukkan Tomy sedang bingung mencari jawaban tentang sesuatu yang abstrak.

Biasa aja kok, kenapa?

gak apa – apa, kalo gue suka sama dia mungkin gak? “ kecil suara Tomy mengeluarkan kata – kata itu dari mulutnya. keraguan sekali lagi terlihat di matanya, dan otot - otot di bibirnya tidak bergerak seperti biasanya.

yah mungkin aja, kenapa enggak, lo suka?

iya gi, dia baik gue nyambung kalo lagi ngomong sama dia, beda kalo ngomong sama orang lain biasanya gak lancar “ Mulai tersenyum, melepaskan semua perasaan – perasaan yang dia simpan sendiri di hatinya. Kelabu di matanya pun hilang tertiup oleh kata - kata yang mewakili kegundahan yang dia simpan selama ini, dan sekarang cahaya terang nampak di kedua matanya.

Haha dia baik kok, gak sombong, mau main sama semua orang gak milih – milih deh “ Menghibur Tomy yang bingung tentang sosok rossi.

Tapi gue malu, gue gak berani deketin dia gak tau, kayanya yah gue itu apa di depan dia, sedangkan dia yah dia itu lebih dari gue “ Egi sempat diam mendengar kata – kata Tomy, sama dengan dirinya jika di depan vert, bedanya egi tau vert itu seperti apa dan Tomy sama sekali belum tau Rossi itu seperti apa. Egi merasa bodoh dengan sifat dia yang tidak berani lebih dari sekedar pengagum.

mm, yaudah yah lo deket aja sama dia, nanti lo juga tau dia gimana “ Egi bingung harus menjawab apa, karena dia juga belum menemukan jawaban masalah itu untuk dirinya sendiri.

            Egi sadar ternyata bukan hanya dia satu – satunya orang yang tidak berani mendekati orang yang di kagumi, masih banyak lagi orang – orang di luar sana yang sama seperti dia, bahkan jauh lebih buruk dari egi, Tidak mengenal dia siapa tetapi sudah mengaguminya. Egi kembali ke kelas setelah selesai makan dengan tomy, kelas terakhir hari ini adalah mata kuliah kewirausahaan.

            Di kelas kewirausahaan setiap orang di bagi menjadi beberapa kelompok, dan satu kelompok itu terdiri dari 3 orang. Egi satu kelompok lagi dengan Mario, teman kelompok praktik fisikanya dan satu orang lagi adalah Zahra teman “kelompok 3” . Mereka bertiga duduk di kursi paling belakang,

Juniiii, ayo duduk belakang sama kita “ Zahra melambaikan tangannya ke arah juni.

ayo boleh, ajak Rossi sama Rina dulu yah

Rinaaa, Rossi ayo duduk belakang “ melambaikan lagi tangannya tapi kali ini kea rah Rina dan Rossi.

haha iyah ayo “ Rina, Rossi dan Juni akhirnya mereka duduk di barisan belakang bersama kelompok egi.

Di baris depan ada Fay dan Ghani mereka juga satu kelompok. Mereka semua “kelompok 3 ” berkumpul lagi di barisan belakang, tapi masih kurang satu orang lagi, vert tidak ada di sini. Dia duduk dengan kelompoknya jauh di ujung kiri baris depan, Egi ingin memanggil vert untuk berkumpul dengan dia dan ke – 8 orang lainnya, namun lagi – lagi egi malu untuk menyebut nama vert dengan keras.

Vertttt, duduk disini sama kita cuma kurang kamu doang nih disini “ Suara Zahra keras memanggil vert.

apa Zahraaa, Masih ada kursi buat 3 orang emang? “ Vert melambaikan tangan kea rah Zahra.

masih kok masih, udah kita siapin tenang aja, ayo cepet sini nanti ada orang yang tempatin loh

Vert meng - iyakan permintaan zahra, lalu dia mengajak ke – 2 teman lainnya untuk pindah duduk di kursi sebelah sana tempat duduk 'kelompok 3' .

Terima kasih yah “ Egi berbicara dengan Zahra, secara tidak langsung zahra membantu egi untuk dekat dengan vert.

Terima kasih kenapa? “ Tanya Zahra yang merasa aneh dengan egi.

enggak, gak apa – apa “ egi hanya tersenyum kecil menjawab pertanyaan itu.

" ih nyebelin... Zahra kesal egi tiba - tiba aneh,

vert masuk berjalan ke barisan belakang. 


Halo Rossi, Rina, Fay, Ghani “ Vert menyapa teman – teman satu kelompok nya dulu.

Hay gi? “ Vert menyapa egi.

hay “ Egi tetap datar walaupun sekarang vert yang bertanya, Egi mulai mengantuk padahal mata kuliah kali ini baru akan dimulai.

            Vert duduk di ujung barisan depan egi, hanya berjarak 2 bangku dari tempat duduk egi, sekarang begitu dekat jarak mereka, tapi tetap saja itu semua terasa jauh buat egi. Mata kuliah dimulai, baru setengah jam berlalu, egi sudah mengantuk, dia menaruh kepalanya di atas meja dan jaket hitamya ia gunakan sebagai alas kepalanya. Dia melihat vert, ternyata vert juga mengantuk, kepalanya di sandarkan di dinding. Jarang sekali egi melihat vert seperti itu ketika pelajaran dimulai, mungkin tadi malam vert terlalu sibuk dan tidur lebih malam dari biasanya.

            Egi tiba - tiba menjatuhkan bukunya dan bunyi cukup keras terdengar dari belakang, untungnya dosen yang di depan tidak terlalu memperdulikan suara itu. Vert melihat ke arah bekang, ke arah egi, dan tertawa kecil. Egi melakukan itu hanya agar vert tidak mengantuk, egi berharap suara buku jatuh bisa membuat vert menjadi tidak mengantuk lagi. Ketika vert mulai menyandarkan kepalanya di dinding, egi menjatuhkan buku itu lagi, vert melihat ke arah belakang dan tertawa kecil, terus menerus berulang. Mungkin vert menganggap hal yang dilakukan egi saat itu adalah sebuah kecerobohan, tanpa tau kalau egi melakukan itu karena dia peduli dengan vert, dia tidak mau melihat putri dari kerajaan mesir kuno yang dia kenal mengantuk saat pelajaran dimulai. 

          Di sebelah egi Zahra sedang sibuk membuat burung dari kertas origami, egi mengikuti Zahra membuat burung dari kertas origami agar rasa kantuk dia juga hilang, egi megambil kertas yang berwarna hijau, dia melihat kertas bergambar langkah – langkah untuk membuat burung dari kertas origami. Lipatan demi lipatan egi lakukan secara perlahan, dia baru pertama melakukan itu. Vert yang melihat egi sibuk dengan kertas origami merasa terpanggil untuk ikut juga membuat burung dari kertas . Vert mengambil kertas yang bewarna biru, sangat cepat vert melipat kertas origami itu, tampaknya dia sudah terbiasa dengan seni melipat kertas.


            nih udah jadi, bagus kan? hihi Nih buat kamu “ Burung dari kertas berwarna biru yang dibuat vert diberikan untuk egi. Hijau dan biru adalah perpaduan warna yang indah, burung buatan vert tampak lucu di mata egi, burung hijau buatan egi sekarang mempunyai satu burung baru, dia berwarna biru. Tapi sayangnya Burung hijau itu tidak berani terbang mendekati burung biru yang datang mencari burung hijau, burung hijau hanya melihat burung biru dari rumpunan daun di pohon yang tinggi, tidak berani terbang turun dan menghampiri satu burung yang sangat nyaman di perhatikan, walaupun hanya untuk datang dan menyapa burung biru itu. 

           Dia ingat kira – kira beberapa tahun yang lalu saat dia kecil dia pernah menyusun burung – burung dari kertas origami, ketika itu dia menemukan semua burung kertas di ruang tamu rumahnya saat dia pulang sekolah, tidak tau burung – burung itu siapa pemiliknya tiba – tiba burung – burung itu ada di meja ruang tamu egi.

            Egi kecil pernah mendengar mitos tentang burung – burung lipat dari kertas origami, kalau ada seseorang yang menyusun burung – burung dari kertas origami sebanyak 99, dan seseorang itu membuat harapan, maka ke- 99 burung itu akan menyampaikan harapan – harapannya  ke tuhan, dan tuhan akan mengabulkan harapan itu.

            Burung yang ada di ruang tamunya lalu dia susun secara vertikal disambung dengan benang panjang berwarna putih, lubang kecil dibuat di pundak burung itu agar benang pajang itu bisa masuk, dan agar mereka tidak terpisah saat terbang menghantarkan harapan yang dibuat egi kecil. 90 burung lebih sudah dia susun, semua berjalan dengan lancar saat dia menyusun burung – burung kertas itu. Hingga sampai pada angka ke – 98 tidak ada lagi burung di meja egi dan burung yang ke – 98 menjadi burung yang terakhir yang akan disusun, dia panik mencari - cari burung yang terakhir, dia mencari di kursi yang dia duduki, di bawah kursi, dan di tempat semula dia menemukan burung – burung itu, namun semua itu sia - sia. Egi kecil letih mencari burung  yang terakhir itu, dia sedih burung – burung kertas itu hanya berjumlah 98. Harapan yang dia titipkan semula ke burung – burung itu harus tertunda dahulu karena ada satu burung yang hilang pergi dari kelompoknya, burung yang lain  juga tidak mau terbang begitu saja pergi meninggalkan satu anggota kelompoknya yang hilang entah kemana, mereka akan menunggu sampai satu burung itu kembali terbang bergabung bersama mereka menghantarkan harapan egi.

            Sekarang, setelah dia lihat burung biru yang vert berikan, Egi berharap, burung biru yang diberikan vert adalah burung yang dulu hilang dari kawanannya, burung biru itu bisa kembali terbang bersama burung yang lain yang dulu dia susun, terbang bersama - sama jauh ke langit menghantarkan harapan – harapan egi yang dulu dia buat untuk disampaikan ke Tuhan, agar tuhan bisa mengabulkan harapan – harapan yang egi kecil buat.

            Jam mata kuliah selesai, egi berpisah kembali dengan vert, mungkin kejadian itu tidak akan lagi terulang ketika vert dan egi sangat dekat, dan burung biru yang diberikan vert egi simpan dan ia bawa pulang, dia ingin kembalikan burung biru itu ke kelompoknya agar mereka bisa bersama - sama terbang ke langit yang tinggi, terbang  bersama menghantarkan harapan orang – orang yang percaya kepada mereka, seperti harapan tomy yang ingin tau sosok rossi, harapan egi yang dulu dia buat dan harapan orang – orang lain seperti tomy dan egi yang menitipkan harapan ke burung – burung pembawa harapan.