Bird wishes
Waktu itu adalah mata kuliah
kewarganegaraan, egi telat masuk kelas beberapa menit, di ruang kuliah sudah
ramai penuh dengan teman – temannya yang datang lebih awal semangat untuk
mengikuti mata kuliah ini. Egi berjalan ke arah belakang, tetapi sialnya kursi yang ada
di belakang sudah cukup penuh, hanya ada 2 kursi kosong di bagian tengah, 4 baris dari
baris depan. Egi duduk di ujung kanan barisan itu dekat dengan dinding yang
berwarna putih. Ruangan yang sejuk dan tempat duduk yang strategis adalah
kondisi yang sangat nyaman untuk sesaat memejamkan mata saat kuliah dimulai.
Tidak sengaja egi menolehkan
kepalanya ke arah kiri dan melihat Vert duduk di Ujung kiri di barisan belakang
baris egi. Vert seperti biasa memakai kerudung yang hampir menutupi seluruh
pundaknya, tetapi kali ini, kerudung itu berwarna hitam. Egi merasa itu lebih
dari kebetulan, sangat strategis tempat
dia untuk menjadi pengagum rahasia vert lagi. Hampir semua materi yang
diberikan oleh dosen hanya melewati telinga begitu saja, catatan pun tidak
lebih dari sekedar coret – coretan di kertas putih, tidak ada pola hanya
mencatat asal. Berbeda dengan vert, dia lebih serius dan lebih menyimak dosen
yang ada di depan. 50 menit sangat singkat hari itu, mata kuliah
kewarganegaraan selesai dan hanya sedikit ilmu yang egi dapat dari 50 menit
waktu yang dia luangkan untuk duduk di ruangan ini. 2 lembar catatan dan 3 soal
matematika yang dia kerjakan untuk menjauh dari rasa ngantuk, itu adalah 5 hal yang
dia peroleh selama 50 menit.
Mata kuliah selanjutnya adalah
sosiologi, di ruangan yang berbeda tidak jauh dari ruangan sebelumnya. Egi
mencari teman kelompok sosiologinya, kursi duduk hari itu di set seperti kita
sedang mengadakan rapat, saling berhadapan satu sama lain dengan jarak yang
tidak begitu jauh. Dosen pengajar akan berdiri di depan papan memaparkan ilmu –
ilmu sosiologi yang dia kuasai selama kurang lebih 5 tahun, Bapak itu s2 dan s3
mengambil sosiologi, padahal s1 nya dulu adalah peternakan, sangat - sangat
menyimpang. Namun hari itu dia tidak datang, kebetulan lagi yang menguntungkan
Egi, ” Temen – temen hari ini kita gak ada
pelajaran sosiologi, jadi diganti minggu depan jam 10.40 – 11.40 “ Salah
satu orang di kelas egi mengumumkan hal yang penting dan harus di dengar semua
orang yang ada di kelas.
“ Eh vert baru sampe episode 4, yang ryoma
lawan kakak kelasnya di seigaku “
“ Katanya mau liat pas week end aja wuu “
Mereka berdua sepakat kalau egi hanya boleh menonton film itu jika sedang week
end atau jika sedang tidak ada tugas.
“ hehe Tadi pagi itu baru nonton lagi, kan
lagi gak ada apa – apa makanya nonton “
Egi menjelaskan ke vert sambil mengusapkan tangannya ke rambut
belakangnnya sendiri.
“ haha iya yaudah harus di tonton pokoknya,
oke? “ Vert tersenyum ke arah egi.
“ iya iya “ Egi membalas senyuman vert.
Setelah itu vert
keluar dari kelas, entah ingin apa vert pergi egi tidak tau. mata egi mengikuti setiap langkah kaki vert, yah setiap langkah. Sampai langkah itu terhalang sebuah 'barrier' yang kokoh, mata egi tidak dapat mengikuti jejak langkah vert lagi . " mau kemana engkau? baru saja aku merasakan detik detik terhebat di hidupku namun engkau sudah pergi lagi ".
" aku tidak kemana - mana, aku masih disini, aku masih disini pun engkau tidak melakukan apa - apa selain diam. diam, diam, dan hanya diam, apakah engkau tidak tau hal yang lain selain diam? ".
" aku bukan diam, maaf . tapi mulut ini seperti terkunci oleh sesuatu, tertutup rapat enggan untuk membuka. kaulah yang sebenarnya mengunci mulutku ini, kenapa juga engkau yang meminta aku untuk tidak diam, kunci mulutku ini ada dirimu " tiba - tiba suasana menjadi sunyi, egi dan vert mereka berdialog dengan perasaan mereka masing - masing.
" aku tidak kemana - mana, aku masih disini, aku masih disini pun engkau tidak melakukan apa - apa selain diam. diam, diam, dan hanya diam, apakah engkau tidak tau hal yang lain selain diam? ".
" aku bukan diam, maaf . tapi mulut ini seperti terkunci oleh sesuatu, tertutup rapat enggan untuk membuka. kaulah yang sebenarnya mengunci mulutku ini, kenapa juga engkau yang meminta aku untuk tidak diam, kunci mulutku ini ada dirimu " tiba - tiba suasana menjadi sunyi, egi dan vert mereka berdialog dengan perasaan mereka masing - masing.
“ Egi, mau makan dulu gak? “ suara Tomy terdengar
dari belakang egi. Tomy adalah teman satu lorong egi, dia juga bagian dari suku
lorong 2.
“ yaudah yang deket aja yah makannya “ Entah
ada angin apa Tomy mengajak egi makan siang.
“ gi sini deh, Gue mau cerita sama lo “
Tomy.
“ Cerita apa ? cerita aja “
“ Rossi orangnya gimana menurut lo? “
matanya menunjukkan Tomy sedang bingung mencari jawaban tentang sesuatu yang
abstrak.
“ Biasa aja kok, kenapa? “
“ gak apa – apa, kalo gue suka sama dia
mungkin gak? “ kecil suara Tomy mengeluarkan kata – kata itu dari mulutnya. keraguan sekali lagi terlihat di matanya, dan otot - otot di bibirnya tidak bergerak seperti biasanya.
“ yah mungkin aja, kenapa enggak, lo suka?
“
“ iya gi, dia baik gue nyambung kalo lagi
ngomong sama dia, beda kalo ngomong sama orang lain biasanya gak lancar “
Mulai tersenyum, melepaskan semua perasaan – perasaan yang dia simpan sendiri
di hatinya. Kelabu di matanya pun hilang tertiup oleh kata - kata yang mewakili kegundahan yang dia simpan selama ini, dan sekarang cahaya terang nampak di kedua matanya.
“ Haha dia baik kok, gak sombong, mau main
sama semua orang gak milih – milih deh “ Menghibur Tomy yang bingung
tentang sosok rossi.
“ Tapi gue malu, gue gak berani deketin dia
gak tau, kayanya yah gue itu apa di depan dia, sedangkan dia yah dia itu lebih
dari gue “ Egi sempat diam mendengar kata – kata Tomy, sama dengan dirinya
jika di depan vert, bedanya egi tau vert itu seperti apa dan Tomy sama sekali
belum tau Rossi itu seperti apa. Egi merasa bodoh dengan sifat dia yang tidak
berani lebih dari sekedar pengagum.
“ mm, yaudah yah lo deket aja sama dia,
nanti lo juga tau dia gimana “ Egi bingung harus menjawab apa, karena dia
juga belum menemukan jawaban masalah itu untuk dirinya sendiri.
Egi sadar ternyata bukan hanya dia
satu – satunya orang yang tidak berani mendekati orang yang di kagumi, masih
banyak lagi orang – orang di luar sana yang sama seperti dia, bahkan jauh lebih
buruk dari egi, Tidak mengenal dia siapa tetapi sudah mengaguminya. Egi
kembali ke kelas setelah selesai makan dengan tomy, kelas terakhir hari ini
adalah mata kuliah kewirausahaan.
Di kelas kewirausahaan setiap orang
di bagi menjadi beberapa kelompok, dan satu kelompok itu terdiri dari 3 orang.
Egi satu kelompok lagi dengan Mario, teman kelompok praktik fisikanya dan satu
orang lagi adalah Zahra teman “kelompok
3” . Mereka bertiga duduk di kursi paling belakang,
“ Juniiii, ayo duduk belakang sama kita “
Zahra melambaikan tangannya ke arah juni.
“ ayo boleh, ajak Rossi sama Rina dulu yah
“
“ Rinaaa, Rossi ayo duduk belakang “
melambaikan lagi tangannya tapi kali ini kea rah Rina dan Rossi.
“ haha iyah ayo “ Rina, Rossi dan Juni
akhirnya mereka duduk di barisan belakang bersama kelompok egi.
Di baris depan
ada Fay dan Ghani mereka juga satu kelompok. Mereka semua “kelompok 3 ” berkumpul lagi di barisan belakang, tapi masih kurang
satu orang lagi, vert tidak ada di sini. Dia duduk dengan kelompoknya jauh di
ujung kiri baris depan, Egi ingin memanggil vert untuk berkumpul dengan dia dan
ke – 8 orang lainnya, namun lagi – lagi egi malu untuk menyebut nama vert
dengan keras.
“ Vertttt, duduk disini sama kita cuma kurang
kamu doang nih disini “ Suara Zahra keras memanggil vert.
“ apa Zahraaa, Masih ada kursi buat 3 orang
emang? “ Vert melambaikan tangan kea rah Zahra.
“ masih kok masih, udah kita siapin tenang
aja, ayo cepet sini nanti ada orang yang tempatin loh “
Vert meng - iyakan permintaan zahra, lalu dia
mengajak ke – 2 teman lainnya untuk pindah duduk di kursi sebelah sana tempat duduk 'kelompok 3' .
“ Terima kasih yah “ Egi berbicara dengan
Zahra, secara tidak langsung zahra membantu egi untuk dekat dengan vert.
“ Terima kasih kenapa? “ Tanya Zahra yang
merasa aneh dengan egi.
“ enggak, gak apa – apa “ egi hanya
tersenyum kecil menjawab pertanyaan itu.
" ih nyebelin... " Zahra kesal egi tiba - tiba aneh,
vert masuk berjalan ke barisan belakang.
" ih nyebelin... " Zahra kesal egi tiba - tiba aneh,
vert masuk berjalan ke barisan belakang.
“ Halo Rossi, Rina, Fay, Ghani “ Vert menyapa teman – teman satu kelompok nya dulu.
“ Hay gi? “ Vert menyapa egi.
“ hay “ Egi tetap datar walaupun sekarang
vert yang bertanya, Egi mulai mengantuk padahal mata kuliah kali ini baru akan
dimulai.
Vert duduk di ujung barisan depan
egi, hanya berjarak 2 bangku dari tempat duduk egi, sekarang begitu dekat jarak
mereka, tapi tetap saja itu semua terasa jauh buat egi. Mata kuliah dimulai, baru setengah jam berlalu, egi sudah mengantuk, dia
menaruh kepalanya di atas meja dan jaket hitamya ia gunakan sebagai alas
kepalanya. Dia melihat vert, ternyata vert juga mengantuk, kepalanya di sandarkan
di dinding. Jarang sekali egi melihat vert seperti itu ketika pelajaran dimulai,
mungkin tadi malam vert terlalu sibuk dan tidur lebih malam dari biasanya.
Egi tiba - tiba menjatuhkan bukunya
dan bunyi cukup keras terdengar dari belakang, untungnya dosen yang di depan
tidak terlalu memperdulikan suara itu. Vert melihat ke arah bekang, ke arah egi,
dan tertawa kecil. Egi melakukan itu hanya agar vert tidak mengantuk, egi
berharap suara buku jatuh bisa membuat vert menjadi tidak mengantuk lagi. Ketika
vert mulai menyandarkan kepalanya di dinding, egi menjatuhkan buku itu lagi, vert
melihat ke arah belakang dan tertawa kecil, terus menerus berulang. Mungkin vert menganggap hal yang dilakukan egi saat itu adalah sebuah kecerobohan, tanpa tau kalau egi melakukan itu karena dia peduli dengan vert, dia tidak mau melihat putri dari kerajaan mesir kuno yang dia kenal mengantuk saat pelajaran dimulai.
Di sebelah egi Zahra sedang sibuk membuat burung dari kertas origami, egi mengikuti Zahra membuat burung dari kertas origami agar rasa kantuk dia juga hilang, egi megambil kertas yang berwarna hijau, dia melihat kertas bergambar langkah – langkah untuk membuat burung dari kertas origami. Lipatan demi lipatan egi lakukan secara perlahan, dia baru pertama melakukan itu. Vert yang melihat egi sibuk dengan kertas origami merasa terpanggil untuk ikut juga membuat burung dari kertas . Vert mengambil kertas yang bewarna biru, sangat cepat vert melipat kertas origami itu, tampaknya dia sudah terbiasa dengan seni melipat kertas.
Di sebelah egi Zahra sedang sibuk membuat burung dari kertas origami, egi mengikuti Zahra membuat burung dari kertas origami agar rasa kantuk dia juga hilang, egi megambil kertas yang berwarna hijau, dia melihat kertas bergambar langkah – langkah untuk membuat burung dari kertas origami. Lipatan demi lipatan egi lakukan secara perlahan, dia baru pertama melakukan itu. Vert yang melihat egi sibuk dengan kertas origami merasa terpanggil untuk ikut juga membuat burung dari kertas . Vert mengambil kertas yang bewarna biru, sangat cepat vert melipat kertas origami itu, tampaknya dia sudah terbiasa dengan seni melipat kertas.
“ nih udah jadi, bagus kan? hihi Nih buat kamu “ Burung dari kertas
berwarna biru yang dibuat vert diberikan untuk egi. Hijau dan biru adalah
perpaduan warna yang indah, burung buatan vert tampak lucu di mata egi, burung
hijau buatan egi sekarang mempunyai satu burung baru, dia berwarna biru. Tapi
sayangnya Burung hijau itu tidak berani terbang mendekati burung biru yang
datang mencari burung hijau, burung hijau hanya melihat burung biru dari
rumpunan daun di pohon yang tinggi, tidak berani terbang turun dan menghampiri
satu burung yang sangat nyaman di perhatikan, walaupun hanya untuk datang dan
menyapa burung biru itu.
Dia ingat kira – kira beberapa tahun yang lalu saat dia kecil dia pernah menyusun burung – burung dari kertas origami, ketika itu dia menemukan semua burung kertas di ruang tamu rumahnya saat dia pulang sekolah, tidak tau burung – burung itu siapa pemiliknya tiba – tiba burung – burung itu ada di meja ruang tamu egi.
Dia ingat kira – kira beberapa tahun yang lalu saat dia kecil dia pernah menyusun burung – burung dari kertas origami, ketika itu dia menemukan semua burung kertas di ruang tamu rumahnya saat dia pulang sekolah, tidak tau burung – burung itu siapa pemiliknya tiba – tiba burung – burung itu ada di meja ruang tamu egi.
Egi kecil pernah mendengar mitos
tentang burung – burung lipat dari kertas origami, kalau ada seseorang yang
menyusun burung – burung dari kertas origami sebanyak 99, dan seseorang itu
membuat harapan, maka ke- 99 burung itu akan menyampaikan harapan – harapannya ke tuhan, dan tuhan akan mengabulkan harapan
itu.
Burung yang ada di ruang tamunya
lalu dia susun secara vertikal disambung dengan benang panjang berwarna putih,
lubang kecil dibuat di pundak burung itu agar benang pajang itu bisa masuk, dan
agar mereka tidak terpisah saat terbang menghantarkan harapan yang dibuat egi
kecil. 90 burung lebih sudah dia susun, semua berjalan dengan lancar saat dia
menyusun burung – burung kertas itu. Hingga sampai pada angka ke – 98 tidak ada
lagi burung di meja egi dan burung yang ke – 98 menjadi burung yang terakhir
yang akan disusun, dia panik mencari - cari burung yang terakhir, dia mencari
di kursi yang dia duduki, di bawah kursi, dan di tempat semula dia menemukan
burung – burung itu, namun semua itu sia - sia. Egi kecil letih mencari
burung yang terakhir itu, dia sedih
burung – burung kertas itu hanya berjumlah 98. Harapan yang dia titipkan semula
ke burung – burung itu harus tertunda dahulu karena ada satu burung yang hilang
pergi dari kelompoknya, burung yang lain
juga tidak mau terbang begitu saja pergi meninggalkan satu anggota
kelompoknya yang hilang entah kemana, mereka akan menunggu sampai satu burung
itu kembali terbang bergabung bersama mereka menghantarkan harapan egi.
Sekarang, setelah dia lihat burung
biru yang vert berikan, Egi berharap, burung biru yang diberikan vert adalah
burung yang dulu hilang dari kawanannya, burung biru itu bisa kembali terbang
bersama burung yang lain yang dulu dia susun, terbang bersama - sama jauh ke
langit menghantarkan harapan – harapan egi yang dulu dia buat untuk disampaikan
ke Tuhan, agar tuhan bisa mengabulkan harapan – harapan yang egi kecil buat.
Jam mata kuliah selesai, egi
berpisah kembali dengan vert, mungkin kejadian itu tidak akan lagi terulang ketika
vert dan egi sangat dekat, dan burung biru yang diberikan vert egi simpan dan ia bawa pulang, dia ingin kembalikan burung biru itu ke kelompoknya
agar mereka bisa bersama - sama terbang ke langit yang tinggi, terbang bersama menghantarkan harapan orang – orang
yang percaya kepada mereka, seperti harapan
tomy yang ingin tau sosok rossi, harapan egi yang dulu dia buat dan harapan
orang – orang lain seperti tomy dan egi yang menitipkan harapan ke burung –
burung pembawa harapan.
0 komentar:
Posting Komentar