Senin, 18 April 2011

"That Day"

Faqih adalah seorang pelajar kelas 11 IPA di sma negeri di daerah Jakarta, dia murid yang berbakat tapi sayangnya tidak terlalu aktif didalam kelas, dia terlahir di keluarga yang cukup sederhana, dia sama seperti pelajar pria lain yang suka dengan musik,sepak bola dan beberapa pelajaran ipa tapi yang istimewa dari dia, dia tidak permah suka dengan benda yang dapat merusak tubuhnya seperti rokok,minuman keras ataupun Narkoba, dia mempunya orang tua yang lengkap dan satu-satunya saudara kandung yang dia punya adalah kakaknya yaitu kak Fadil umurnya 20 tahun, 5 tahun lebih tua dari faqih.

Di pagi hari di sebuah kamar ..

Suara lantunan musik keras terdengar dari sebuah handphone yang sengaja di mainkan oleh pemiliknya agar tidak tertidur kembali. Waktu masih pukul 4 pagi tapi faqih sudah terbangun dari tidurnya dan dengan diiringi musik keras dari handphonenya faqih memikirkan perempuan yang dia suka di sekolah, faqih memang pria normal yang masih memiliki rasa tertarik pada lawan jenis, tapi yang menjadi masalah ialah perempuan yang dia suka adalah perempuan berkerudung yang shalehah, memang tidak salah suka dengan perempuan berkerudung, siapapun bisa suka tidak ada yang melarang jika hanya sekedar suka. Mungkin itu yang ada dipikiran faqih waktu pertama melihat perempuan berkerudung itu.

Wanita itu dan Faqih seperti langit dan bumi yang diciptakan oleh ALLAH dengan jarak yang begitu jauh . Faqih yang belum terlalu mengerti tentang agama selalu merasa tidak pantas jika mengingat perempuan yang dia suka adalah murid yang aktif dalam bidang keagamaan di sekolahnya, lebih special lagi dia juga murid yang berprestasi di sekolah. Walaupun Faqih tidak sekelas tapi Faqih tahu banyak tentang perempuan itu, setiap hari dia hanya bisa melihat dari kejauhan perempuan anggun yang dia suka sedang berbicara dengan teman-temannya, bercanda dan melakukan hal-hal lain.

Waktu satu jam pun berlalu begitu saja, dan waktu sekarang sudah pukul 5 pagi suara adzan yang terdengar cukup keras dari rumahnya menyadarkan dia dari pikiran yang sedang melayang-layang. Faqih bergegas untuk shalat subuh, setelah shalat Faqih mandi dan menyiapkan buku-bukunya untuk dibawa kesekolah.

Faqih : “bu, celana sekolah Faqih mana yah? Kok gak ada di lemari kamar Faqih”

Ibu Faqih : “gatau qih, kok nanya ibu kan yang makai Faqih”

Faqih : “yah ibu takutnya mindahin, kemarin Faqih taaruh di kamar kok”

Ibu Faqih : “yah cari lagi yang benar, ibu gak mindahin”

Faqih memang ceroboh dia pelupa, setelah menemukan celananya yang ternyata ada ditumpukan baju kotor di kamarnya dia berangkat sekolah dengan sepeda motor bututnya, tak lupa dia pamit dengan ayah dan ibunya walaupun Faqih jarang shalat tapi Faqih bukan anak yang durhaka. Faqih lebih dekat dekat dengan ayahnya, ayahnya adalah inspirator dan motivator bagi dia, “Faqih jangan takut faqih tidak punya apa-apa, kalu kamu pintar kamu bisa dapat apa saja yang kamu mau dan jalan kebuka lebar buat kamu” Untaian kata yang selalu Faqih ingat yang keluar dari mulut ayahnya. Faqih pun sampai disekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya, dia masuk kedalam kelas, kelas yang dingin baru sedikit orang yang datang saat itu, sangat sepi sekali suasana waktu itu, sunyi, dan tenteram. Faqih langsung menaruh tas di mejanya dan tidak lama kemudian bel pelajaran pun dimulai.


dan pada suatu hari ..

Hari dimana Faqih tidak pernah lupa dengan kejadian di “hari itu“, hari yang merubah total kehidupan Faqih , di “hari itu” kakak satu-satunya dan ibunya meninggal dalam kecelakaan, motor yang dinaiki kakak dan ibunya di senggol sebuah patas yang melaju kencang, sehingga ibu dan kakak faqih terlempar ke sisi jalan dengan pendarahan di kepala dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Faqih sedih dan menangis.

“bu, kak Adam jangan tinggalin Faqih, masa depan Faqih masih panjang ibu harus ngeliat sendiri disini Faqih jadi orang sukses” Di dalam hati, Faqih berkata seperti itu .

Ayahnya dan sebagian teman-temannya yang datang kerumahnya memberi semangat kepada Faqih, dan diantara teman-teman sekolahnya itu ternyata ada perempuan yang dia suka datang juga dengan beberapa temannya mewakili organisasi islam di sekolah nya .

“sabar yah Faqih, aku tahu kok yang kamu rasain, ibu aku juga udah meninggal dari aku kelas 1 smp malah” ujar Salifah perempuan berkerudung yang Faqih suka.

Faqih sekarang bercampur aduk perasaannya, antara sedih dan bingung, bigung karena ternyata perempuan yang dia suka tahu nama dia dan Faqih juga senang karena salifah berbicara seperti itu tadi, yah walaupun faqih juga tahu di agama islam memang dianjurkan menghibur keluarga yang sedang berduka cita. Tetap saja kata - kata itu akan selalu diingat faqih.

Beberapa minggu stelah kejadian itu, Faqih semakin dekat dengan Salifah, faqih juga semakin tertarik dengan agama setelah ibu dan kakaknya meninggal, dia sering bertanya-tanya tentang agama ke Salifah dan teman-teman sekolah lain, dia juga semakin sering ke masjid jika adzan sudah berkumandang,

“gua harus bisa jadi anak shaleh, biar gua bisa doain ibu sama kakak gua di akhirat sana” Faqih meyakinkan kata itu didalam hatinya, dia tahu dari Salifah kalu doa anak shaleh itu dijamah oleh Allah,

“mungkin itu juga alasan alifah dia bisa shalehah kaya sekarang” itu yang ada di pikiran Faqih, dan tidak terasa kelas 11 pun usai Faqih naik ke kelas 12 dengan nilai raport yang bagus dan dia sekelas dengan Salifah di kelas 12.

“Hari itu” juga dia jadikan sebagai batu loncatan dan motivator untuk menghadapi UN dan ujian seleksi masuk perguruan tinggia di kelas 12, kak Fadil adalah sosok orang yang bisa membuat dia menjadi berfikir ke depan tidak mudah patah semangat, Faqih dirumah tidur sekamar dengan kakaknya dan waktu kelas 11 setelah kakaknya meninggal faqih jadi sering melamun dan seperti orang yang tidak semangat menjalani kehidupan, orang yang dia selalu ajak berbicara sebelum dia tidur sekarang sudah pergi dan dia hanya bisa mengingat obrolan-obrolan dia dengan kakaknya, faqih sekarang tidur sendiri di kamar dan dia tidur di tempat yang dulu kakaknya gunakan untuk tidur.

Faqih dan Salifah sudah semakin dekat, hampir tiap malam mereka selalu berbalas-balas sms, dan dikelaspun mereka sering satu kelopok jika diberi tugas kelompok oleh guru, tapi Faqih masih bisa mengurangi rasa suka itu ke Salifah dan hanya memfokuskan ke UN dan seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri.

Faqih : ”kamu mau masuk fakultas apa Salifah nanti kuliah?”

Salifah : ”InsyaAllah kedokteran Faqih, kamu sendiri apa?”

(Salifah ingin masuk sebuah Universitas ternama di Indonesia di bilangan Jakarta dan Faqih ingin masuk Institut ternama juga di bandung)

Faqih : “aku sih maunya di perminyakan, doain yak? Hehe”

Salifah : “ iyah faqih juga doain Salifah yah?”

Faqih : “ iyah pasti” Beberapa potongan sms Faqih dengan Salifah, Faqih menggantungkan cita-citanya setinggi mungkin yaitu masuk perminyakan di bandung, dia yakin bisa masuk kalu dia berusaha dengan keras dan berdoa Allah pasti mengabulkan keinginannya, atu “kun faya kun” potongan surat yaasin yang dia baca tiap malam jum’at untuk alm. Ibu dan kakaknya di akhirat. "jika Allah menghendaki maka jadilah".

Hari demi hari berlalu Faqih semakin memfokuskan pikirannya ke UN dan ujian seleksi masuk perguruan tinngi negeri, dan Alhamdulillah Faqih bisa lulus UN dengan nilai yang cukup tinggi dan Salifah pun demikian . Mereka berdua masuk 10 besar di sekolah mereka, dan setelah lulus SMA Faqih berhasil mewujudkan cita-citanya masuk perminyakan dan Salifah pun berhasil masuk kedokteran, faqih sangat bersyukur kepada Allah dan berharap ibu dan kakaknya bangga melihat dari kejauhan sana. Faqih membayangkan ibu dan kakak yang dicintainya sedang tersenyum melihat anak bungsunya sedang senang dengan apa yang dia dapat sekarang hasil dari kerja keras dia sendiri.

Walaupun Faqih sangat dekat dengan Salifah di kelas 12 tetapi Faqih belum pernah mengajak sekalipun Salifah untuk berpacaran, semakin dia kenal dengan agama semakin sadar juga bahwa Salifah tidak mungkin menjadi pacar dia, walaupun faqih suka dari kelas 11. Karena didalam agama islam tidak kenal dengan istilah 'pacaran' , Faqih bisa dekat dengan Salifah saja sudah senang, dia hanya menjadikan perempuan itu sebagai orang yang berpengaruh untuk merubah hidup dia setelah Ayah, alm.Ibu dan kakaknya yang sudah tiada.

Faqih akhirnya menjadi orang yang mapan dan sukses setelah menyelesaikan s1 di Bandung, s2 di jerman dan sekarang berkerja di Sebuah perusahaan minyak, dia bisa membuktikan bahwa dia bisa walaupun dia hanya didampingi ayahnya didunia. Salifah pun sudah menjadi dokter sekarang dan berkerja di rumah sakit besar di Jakarta, dia menikah dengan dokter juga satu dan belum memiliki buah hati, ayah Faqih yang sudah menua selalu di rumah ditemani cucunya dan menantunya, faqih menikah dengan perempuan yang bernama nafsi teman kuliah dia di Bandung dan memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Adam.

0 komentar: